Diplomasi Ala Bugis…
Sebelum saya menjabat sebagai WAPRES, karakter dan watak orang Bugis sangat jarang yang mengenalnya di belahan nusantara
ini. Bahkan ada banyak pendapat yang keliru dan menyangka orang bugis
adalah bangsa yang keras dan tidak pernah kenal kompromi. Ini jika
melihat dari sejarah banyak yang menganggap bahwa orang bugis adalah
bajak laut pada masa silam. Anggapan ini sungguh tidak berdasar dan
keliru.
Orang bugis sebenarnya mempunyai cirri khas yang
menarik. Dari sejarahnya kerajaan bugis didirikan bukan pada pusat-pusat
ibu kota dan sangat jauh dari pengaruh India. Itulah sebabnya di Bugis
tidak ada candi. Ini berbeda dengan kerajaan jawa yang mebangun pusat
kerajaannya pada ibu kota dan bersifat konsentris.
Namun demikian, orang bugis sudah terkenal memiliki
kebudayaan, mereka memiliki tradisi lisan maupun tulisan. Bahkan orang
bugis memiliki salah satu epos terbesar di dunia yang lebih panjang
daripada epos Mahabarata yakni cerita tentang lagaligo yang sampai saat
ini sering dibaca dan disalin ulang dan menjadi budaya yang mengakar
pada masyarakat bugis.
Bagi suku-suku lain, orang Bugis sering dianggap sebagai orang yang berkarakter keras dan sangat
menjunjung tinggi kehormatan. Bila perlu demi
kehormatan, orang bugis bersedia melakukan kekerasan. Namun dibalik
sifat itu semua, sebenarnya orang bugis adalah orang yang sangat ramah,
menghargai orang lain dan menjunjung tinggi kesetiakawanan, bahkan
bersedia menjadi bumper demi kesetiakawanan. (itulah mungkin sebabnya
mengapa Golkar pada masa pemerintahan SBY-JK sering menjadi Bumper
karena ia dipimpin oleh seorang yang sangat berwatak bugis).
Meskipun sebagai bangsa perantau, orang bugis
selalu membawa identitas bugisnya di mana mana. Beberapa orang-orang di
singapura dan Malaysia meskipun sudah menjadi warga Negara sana, dan
mereka sudah bergaya hidup modern tapi mereka selalu mengaku sebagai
orang Bugis meskpiun sudah merupakan keturunan yang kesekian dan belum
pernah menginjak tanah bugis.
Begitu juga dengan saya, selama terjun ke dunia
politik saya tidak pernah melepas karakter bugis saya yang blak-blakan,
dan sering dianggap kurang santun bagi mereka yang sangat menghargai
etiket. Tapi itulah saya, saya sering mengatakan kepada teman-teman,
jangan paksa saya jadi orang jawa. Menjadi orang bugis dan berkarakter
keras kadang berguna juga. Waktu menyelesaikan kasus ambalat untuk
pertama kalinya, saat itu saya menggunakan gaya diplomasi ala Bugis yang
anda tidak dapatkan dalam literature strategi diplomasi. Waktu itu saya
ke Malaysia bertemu dengan Perdana Menteri yaitu Najib. Saat itu ia
ditemani oleh 5 Menteri dan saya juga ditemani oleh 5 Menteri plus Dubes
kita. Saat pertemuan itu
saya bilang ke Najib “ Najib…Ambalat itu
masalah sensitive, itu bisa membuat kita perang. Kalau kita perang,
belum tentu siapa yang menang. Tapi satu hal yang mesti you ingat, di
Malaysia ini ada 1 juta orang Indonesia, 1000 orang saja saya ajari Bom,
dan mereka Bom ini gedung-gedung di Malaysia maka habislah kalian”
Saat itu pak Najib kaget, dia sadar sebagai sesama Bugis, ancaman saya bukan hanya gertakan belaka. Dia bilang ke saya “pak Jusuf, tidak bisa begitu”
Saya bilang ke dia “makanya mari kita
berunding, terus terang saya kadang tidak suka sama you punya Negara,
Buruh-buruh Ilegal dari Indonesia ditangkapi kayak binatang, sedangkan
majikannya tidak
ditangkap, padahal kalau ada buruh Ilegal maka
tentu ada juga majikan illegal. Setiap ada Ilegal loging pasti orang
Malaysia yang ambil, begitu ada kebakaran hutan mereka marah-marah,
padahal hampir sepanjang tahun mereka menghirup udara segar yang
dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, satu bulan saja ada kabut asap
mereka marah marah. Dan juga setiap ada ledakan Bom di Indonesia selalu
orang Malaysia dalangnya”
Waktu itu Pak Dubes langsung bisiki saya “Pak, Ini sepertinya sudah melewati batas diplomasi”
Saya langsung bilang ke dia “kau kan Dubes, yah sudah kau perbaikilah mana yang lewat”
Setelah itu, untuk menunjukkan ketidak sukaan saya kepada Malaysia saya menolak menginap di Kuala
Lumpur, saya bilang saya mau menginap di kampong
Bugis di Johor sana. Akhirnya pak Najib ikut juga saya ke sana. Di atas
mobil, dalam perjalanan menuju Johor Pak Najib Bilang ke saya “ Kayaknya bapak terlalu keras tadi waktu berunding”
Saya cuman bilang ke dia “kamu kan juga orang Bugis, kenapa kau tidak keras juga tadi?” mendengar itu dia cuman ketawa saja.
Malamnya di Johor, kita makan malam dan
nyanyi-nyanyi, mengundang Siti Nurhaliza, sampai jam 1 malam dan kita
ngantuk. Keesokan paginya kita main golf, dan saat itu juga masalah
Ambalat selesai. Dengan gaya Diplomasi ala Bugis, saya tidak perlu
memakai bahan yang sudah disiapkan oleh DEPLU semua spontanitas saja.
Dan sampai sekarang kalau ada tentara Malaysia datang lagi di Ambalat,
saya tinggal telpon Najib “Hey Najib, jangan lagi kau kirim, you punya tentara ke Ambalat, kita bisa perang nanti”
Demikan juga waktu saya menyuruh EXXON supaya
angkat kaki dari Blok Natuna. Waktu itu saya dikejar oleh orang-orang
EXXON mereka mau melobi. Tapi saya selalu menolak ketemu dan menghindar.
Saya ke Riyadh, mereka mau nyusul ke sana, saya ke Jedah mereka mau
datang, tapi saya tolak karena saya mau ibadah dan sampai di belahan
bumi manapun mereka kejar saya. Akhirnya waktu itu Di Makassar karena
melihat kegigihan mereka, saya suruh mereka datang. Dan datanglah itu
Chairman Exxon mereka 4 oran
g dan saya hanya ditemani oleh Sekretaris saya.
Saat pertemuan di Hotel Sahid Makassar, orang Exxon bilang ke saya, “Mr.Vice President, anda kalau membatalkan kontrak dengan EXXON, maka besok akan saya SU”
Saya langsung pukul meja saya dan bilang ke dia “kalau kau berani SU, maka saya akan SU kau 10 kali, Its
my country, not your country, jangan kau datang ke sini mau ancam-ancam saya”.
Saat itu dia langsung minta maaf. Dan saat itu Blok Natuna kembali ke tangan kita pengelolaannya,
meskipun pada akhirnya lepas lagi ke EXXON karena
wewenang saya dicabut dan control tidak lagi berada di tangan saya. Apa
pun itu, untuk kehormatan bangsa, kita jangan mau didikte oleh bangsa
lain, kalau mereka keras, maka kita balas lebih keras lagi. Jangan
pernah takut kita akan dibuat susah dan macam-macam. Selama kita yakin
Tuhan selalu bersama kita, maka bangsa lain tidak akan bisa berbuat
apa-apa terhadap kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar